Di dalam tubuh cacing sutra terkandung protein sekitar 57% dan lemak sebanyak 13%. Inilah mengapa cacing sutra merupakan pakan alami bibit ikan yang bergizi tinggi. Sangat cocok untuk mempercepat pertumbuhan larva segala jenis ikan.
Berkat warnanya yang merah cerah, cacing sutera atau cacing rambut berguna untuk memunculkan pigmen warna serta mencerahkan warna ikan hias, seperti ikan koi.
Ukuran cacing sutra terbilang kecil seperti rambut berwarna merah dengan panjang tubuh sekitar 1 - 3 cm dan beruas-ruas. Memiliki nama ilmiah Tubifex sp. Sangat disukai oleh bibit ikan karena tubuhnya bergerak-gerak sehingga memancing larva untuk memakannya.
Kandungan gizi yaitu protein 57% dan lemak 13% membuat cacing sutra berguna untuk mempercepat pertumbuhan larva ikan.
Berdasarkan hasil penelitian oleh Priyambodo dan Wahyuningsih (2001), tubuh cacing rambut berukuran ramping, bulat, dan terdiri dari 30 - 60 segmen dengan panjang antara 10 - 30 mm. Terdapat dua lapisan otot yang membujur serta melingkar sepanjang tubuh cacing ini. Saluran pencernaan cacing sutra berupa celah kecil dari mulut sampai ke anus. Bagian ekornya berada di permukaan dan berfungsi sebagai alat bernapas dengan cara difusi langsung dari udara.
Induk cacing yang dapat mengasilkan telur biasanya berusia 40 - 45 hari dengan jumlah telur 4 - 5 butir per induk. Waktu yang dibutuhkan untuk menetaskan telur cacing sutra adalah 10 - 12 hari. Jadi, daur hidup cacing ini dari mulai telur, menetas, kemudian menjadi dewasa, dan bertelur kembali membutuhkan waktu sekitar 50 -57 hari.
Meskipun habitatnya mengalami kekeringan, cacing sutra dapat bertahan hidup pada tempat tanpa air selama dua minggu.
Cacing ini akan membenamkan kepalanya ke dalam lumpur untuk mencari makan. Sedangkan ekornya akan keluar ke atas permukaan lumpur untuk bernapas. Jadi, apabila anda ingin melakukan budidaya cacing sutra sebaiknya memperhatikan kandungan bahan organik yang ada di dalam lumpur.
Jika air terlalu tinggi, koloni cacing rambut tidak bisa berkembang biak dengan baik dan bahkan bisa mati karena mereka membutuhkan oksigen dari luar. Jika air terlalu rendah atau sedikit, lingkungan akan cepat panas sehingga tidak dapat bertahan hidup.
Pemanfaatan cacing sutra sebagai pakan bibit ikan yang bergizi tinggi bisa didapatkan dengan membeli atau melakukan ternak cacing sendiri. Harga per liter berkisar antara Rp. 10.000 - Rp. 15.000 dan akan melonjak bila musim hujan tiba. Hal ini dikarenakan keberadaan cacing sutra akan berkurang saat musim hujan akibat arus air menjadi deras dan terbawa dari habitatnya.
reff : http://matausaha.blogspot.com/2015/06/cacing-sutra-sebagai-pakan-bibit-ikan.html
Berkat warnanya yang merah cerah, cacing sutera atau cacing rambut berguna untuk memunculkan pigmen warna serta mencerahkan warna ikan hias, seperti ikan koi.
Ukuran cacing sutra terbilang kecil seperti rambut berwarna merah dengan panjang tubuh sekitar 1 - 3 cm dan beruas-ruas. Memiliki nama ilmiah Tubifex sp. Sangat disukai oleh bibit ikan karena tubuhnya bergerak-gerak sehingga memancing larva untuk memakannya.
Kandungan gizi yaitu protein 57% dan lemak 13% membuat cacing sutra berguna untuk mempercepat pertumbuhan larva ikan.
Berdasarkan hasil penelitian oleh Priyambodo dan Wahyuningsih (2001), tubuh cacing rambut berukuran ramping, bulat, dan terdiri dari 30 - 60 segmen dengan panjang antara 10 - 30 mm. Terdapat dua lapisan otot yang membujur serta melingkar sepanjang tubuh cacing ini. Saluran pencernaan cacing sutra berupa celah kecil dari mulut sampai ke anus. Bagian ekornya berada di permukaan dan berfungsi sebagai alat bernapas dengan cara difusi langsung dari udara.
Cara Berkembang Biak Cacing Sutra
Cacing sutra termasuk golongan hewan hermafrodit (berkelamin ganda). Meskipun demikian, cara berkembang biak cacing sutra adalah dengan bertelur dan membutuhkan sperma dari cacing lainnya untuk membuahi sel telur sehingga bisa menetas.Terlihat larva ikan gurame sedang memakan cacing rambut
Induk cacing yang dapat mengasilkan telur biasanya berusia 40 - 45 hari dengan jumlah telur 4 - 5 butir per induk. Waktu yang dibutuhkan untuk menetaskan telur cacing sutra adalah 10 - 12 hari. Jadi, daur hidup cacing ini dari mulai telur, menetas, kemudian menjadi dewasa, dan bertelur kembali membutuhkan waktu sekitar 50 -57 hari.
Meskipun habitatnya mengalami kekeringan, cacing sutra dapat bertahan hidup pada tempat tanpa air selama dua minggu.
Habitat Hidup Cacing Sutra
Faktor paling penting untuk menunjang hidup cacing sutra adalah habitat atau tempat hidup. Di alam, cacing ini lebih banyak ditemui bergelombol pada saluran air yang banyak mengandung bahan organik dengan aliran air tidak terlalu deras. Bahan organik inilah yang menjadi sumber makanan untuk cacing sutra. Jenis bahan organik tersebut bisa berupa sampah dapur seperti nasi, sisa masakan dan sejenisnya.Cacing ini akan membenamkan kepalanya ke dalam lumpur untuk mencari makan. Sedangkan ekornya akan keluar ke atas permukaan lumpur untuk bernapas. Jadi, apabila anda ingin melakukan budidaya cacing sutra sebaiknya memperhatikan kandungan bahan organik yang ada di dalam lumpur.
Untuk cara melakukan budidaya cacing sutra secara sederhana, kami akan menuliskan pada artikel-artikel berikutnya. Jadi pastikan anda tidak bosa mengunjungi blog sederhana kami.www.matausaha.blogspot.com
Budidaya cacing sutra di kolam plastik/terpal secara sederhana
Jika air terlalu tinggi, koloni cacing rambut tidak bisa berkembang biak dengan baik dan bahkan bisa mati karena mereka membutuhkan oksigen dari luar. Jika air terlalu rendah atau sedikit, lingkungan akan cepat panas sehingga tidak dapat bertahan hidup.
Pemanfaatan cacing sutra sebagai pakan bibit ikan yang bergizi tinggi bisa didapatkan dengan membeli atau melakukan ternak cacing sendiri. Harga per liter berkisar antara Rp. 10.000 - Rp. 15.000 dan akan melonjak bila musim hujan tiba. Hal ini dikarenakan keberadaan cacing sutra akan berkurang saat musim hujan akibat arus air menjadi deras dan terbawa dari habitatnya.
reff : http://matausaha.blogspot.com/2015/06/cacing-sutra-sebagai-pakan-bibit-ikan.html
EmoticonEmoticon