Maluku sebagai Lumbung Ikan Dunia

Oleh : Victor PH Nikijuluw

Pada puncak acara ?Sail Banda 2010?, Presiden SBY akan mencanangkan perairan Maluku sebagai lumbung ikan.
Kawasan perairan yang terdiri dari tiga wilayah pengelolaan perikanan (WPP), yaitu Laut Banda, Laut Arafura, dan Laut Seram ini akan diproklamasikan sebagai lumbung ikan nasional, tetapi bisa dipandang juga sebagai lumbung ikan dunia.
Pencanangan lumbung ikan ini mungkin yang pertama kali di dunia. Sebab itu, pascapencanangan bisa saja masyarakat dunia meminta Indonesia mengamankan perairan ini benar-benar sebagai lumbung ikan bersama. Eksploitasi sumber daya di lumbung ikan ini mungkin nantinya harus lebih dikelola atau ditata dengan baik. Tidak tertutup kemungkinan bahwa negara lain juga ingin ikut mengaturnya. Sederhana alasannya, karena ini adalah lumbung ikan dunia tentu saja harus digunakan untuk kepentingan ber-sama umat manusia di masa kini dan men-datang.
Masih adakah lumbung ikan di planet ini? Boris Worm pasti tidak mempercayai itu. Dia dan rekan penelitiannya bahkan memprediksi kematian kegiatan penangkapan ikan di seluruh dunia pada tahun 2048. Sekarang ini, proses kematian itu sedang terjadi. Makalah mereka yang berjudul Impacts of Biodiversity Loss on Ocean Ecosystem Services, dimuat pada majalah Science, Volume 314, November 2006, menyimpulkan bahwa kehilangan keragaman hayati laut terjadi secara meyakinkan sehingga menurunkan kapasitas laut untuk menyediakan pangan ikan bagi manusia.
Prediksi Boris Worm memang kontraversial. Banyak pro dan kontranya. Tetapi, garis dasar dari perdebatan itu adalah bahwa sumber daya ikan memang perlu diberi perhatian serius. Jangankan lumbung ikan untuk masa depan, sumber daya ikan yang ada sekarang saja sudah sangat krisis keberadaannya.
Laporan terakhir FAO menyatakan bahwa dari 441 spesies ikan dunia, ternyata 3% yang statusnya unde exploited dan 20% moderately exploited. Selebihnya, yaitu 52% telah mengalami fully exploited yang artinya pengembangan produksi sudah tidak lagi dimungkinkan. Sekitar 17% telah over-exploited, kira-kira 7% dalam status depleted ke arah kepunahan, dan hanya 1% yang mengalami proses recovery karena berbagai program penyelamatan. Dengan dasar ini, FAO memprediksi bahwa produksi ikan dunia hingga tahun 2030 tidak akan bertambah, bahkan sebaliknya akan berkurang. Sesudah itu, mati.
Dua publikasi lain memberi gambaran yang sama tentang kesuraman perikanan dunia. Alanna Mitchell (2008) dalam bukunya Seasick: The Hidden Ecological Crisis of the Global Ocean mengatakan bahwa memang laut sedang sakit dan sedang mengalami perubahan degradasi secara signifikan dan serius. Sementara itu, Mark Kurlansky (2008), seorang jurnalis dan ekologis dalam bukunya The Last Fish Tale: The Fate of the Atlantic and Our Disappearing Fisheries, melaporkan tentang nasib perikanan atlantik yang mengalami degradasi serta komunitas industri perikanan yang mengalami disorientasi ekonomi akibat ketiadaan sumber daya ikan.
Tiga organisasi perikanan regional di kawasan ini yaitu IOTC (Indian Ocean Tuna Commission), WCPFC (Western and Central Pacific Fisheries Commission), dan CCSBT (Commission for the Conservation of Southern Bluefin Tuna), yang berkaitan langsung dengan perairan Indonesia melaporkan bahwa sumber daya tuna di kawasan mereka masing-masing sudah sangat berkurang dibandingkan kondisinya lima tahun lalu. Peningkatan produksi adalah mustahil. Karena itu, maka pengelolaan sumber daya ikan harus lebih diefektifkan, kapasitas penangkapan dikurangi, dan kuota produksi diturunkan.

Mengapa Maluku?
Lalu mengapa Maluku masih sebagai lumbung ikan? Jawabannya karena fakta dan trend empiris membuktikan hal itu. Memang sejak kemerdekaan tidak ada lagi penelitian secara komprehensif dan sistimatis tentang perairan Maluku. Namun penelitian dalam scope yang kecil di berbagai lokasi perairan Maluku ikut membuktikan bahwa kawasan ini memang khas dan memiliki keunggulan komparatif sebagai berkat anugerah dari Maha Pencipta.
Publikasi Owen Stanley pada tahun 1846 sudah menggambarkan tentang ramainya pemanfaatan sumber daya laut Arafura. Perairan ini menghasilkan mutiara terindah di dunia, mother of pearl shell, serta berbagai jenis ikan lainnya. Stanley mencatat bahwa dari Arafura, berbagai produk laut dibawa ke Eropa, Asia, dan Amerika. Mulai tahun 1968, sumber daya udang di Arafura menjadi target investasi kapal pukat harimau Jepang. Ternyata sampai hari ini, Arafura tidak pernah tidur. Masih bercokol ratusan kapal ikan beroperasi siang malam di perairan ini.
Sekitar tahun 1890, Alfred Russel Wallace dalam The Malay Archipelago berulang kali menggambarkan kekayaan laut sekitar pulau-pulau di Maluku. Dia pernah berkata bahwa mungkin tidak ada tempat lain di dunia ini yang lebih kaya dalam hal produksi ikan dari yang ada di sekitar Ambon. Wallace juga menjelaskan tentang keragaman terumbu karang di sekitar pulau-pulau kecil Banda. Bahkan Laut Banda pernah menjadi sentra perikanan tuna dan cakalang bagi armada perikanan Jepang sesaat ketika kemerdekaan.
Saat ini, lebih dari 60% produksi ikan nasional yang tinggi nilai ekonomisnya berasal dari Maluku. Ikan-ikan ini dihasilkan dari sumber daya konvesional yaitu dari dasar dan kolom perairan. Jenis-jenis tuna, cakalang, udang, cucut, pari, cumi, mutiara, teripang, serta berbagai jenis ikan demersal dihasilkan seolah-olah tiada habis musimnya dari Maluku. Ironisnya, kebanyakan sumber daya itu diambil secara ilegal oleh nelayan asing.
Maluku juga surga bagi budidaya perikanan. Selain mutiara, teripang, dan kerapu, saat ini rumput laut menjadi andalan ekonomi masyarakat di pulau-pulau. Dengan memiliki perairan yang relatif subur, tidak tercemar, dan melimpah sinar matahari, diperkirakan Maluku akan menjadi sumber penting rumput laut dan alga dunia.
Namun selain sumber daya konvensional ini, ternyata laut dalam (deep sea) dan perairan tubir (slope areas) perairan Maluku menyimpan harta kekayaan lain. Selama ini eksploitasi dengan trawl yang dilakukan di Maluku hanya untuk menangkap ikan di dasar perairan. Sementara ikan di tubir dan laut dalam tidak bisa di-trawl (untrawlable) karena itu luput dari kegiatan industri penangkapan ikan saat ini. Diduga, ketersediaan potensi ikan di laut dalam dan tubir ini tiga kali jumlahnya dari yang ada di dasar laut dangkal. Jadi lumbung ikan itu sungguh ada.

?Life Storage?
Konsepsi lumbung ikan sungguh berbeda dengan lumbung pertanian, misalnya lumbung padi (dry storage). Beda pula, dengan gudang dingin (cold storage) yang umumnya digunakan untuk menyimpan ikan setelah ditangkap. Lumbung ikan pada dasarnya adalah lumbung di alam, in-situ, atau gudang hidup (life storage).
Sebagai life storage maka sumber daya ikan bukan lagi merupakan objek yang dieksploitasi tetapi sebaliknya untuk dikelola dan ditata dengan baik agar tetap hidup, agar tetap berkelanjutan. Di life storage, ikan disimpan di habitat aslinya dan hanya diambil manakala memang dibutuhkan.
Sebagai life storage, lumbung ikan berfungsi dalam menampung kelebihan atau surplus produksi, sebagai jaring pengaman (safety net) di kala paceklik, sebagai sumber benih yang menjamin proses produksi budidaya, dan menjamin kualitas pangan yang lebih baik di masa akan datang. Karena itu maka lumbung ikan memiliki ciri keberlanjutan (sustainability) dan berkemampuan untuk reproduksi (reproduceable).
Ciri terakhir dan terpenting suatu lumbung ikan yaitu tentu saja harus berguna bagi masyarakat. Sebagai lumbung ikan dunia, maka masyarakat dunia diharapkan menerima manfaat dari institusi sosial ini. Tetapi karena berlokasi di Maluku maka penduduk pesisir dan pulau-pulau kecil di Maluku harus yang pertama menikmati manfaat dari institusi lumbung ikan itu. Jangan sampai pencanangan lumbung ikan di Maluku justru membatasi akses masyarakat Maluku untuk secara arif dan berdasarkan tradisi memanfaatkan sumber daya ini.
Tentu saja, pemerintah pusat dan daerah masih perlu menentukan kebijakan operasional pemanfaatan lumbung ikan. Lewat proklamasi lumbung ikan dan kebijakan operasional itu, semoga Indonesia dapat mewujudkan visinya sebagai produsen ikan nomor satu dunia.

Penulis adalah Resource Economist, Sekretaris Ditjen P2HP KKP
Sumber: http://www.suarapembaruan.com/


reff : http://perikanannews.blogspot.com/2010/08/maluku-sebagai-lumbung-ikan-dunia.html


Related video : Maluku sebagai Lumbung Ikan Dunia


Previous
Next Post »