Terumbu Karang di Pulau Kadatua Mulai Pulih
Senin, 13 September 2010 22:36 WIB | Warta Bumi | Konservasi/Pelestarian | Dibaca 714 kali
Pasarwajo (ANTARA News) - Kondisi terumbu karang di wilayah pesisir Pulau Kadatua, Kabupaten Buton, Sulawesi Tenggara (Sultra) yang mengalami kerusakan akibat penangkapan ikan dengan menggunakan bahan peledak, kini mulai pulih.
"Sejak aktivitas para nelayan menangkap ikan tidak lagi menggunakan bahan peledak, kondisi terumbu karang di sepanjang pesisir Pulau Kdatua, sudah membaik," kata Camat Kadatua, La Mpute di Kadatua, sekitar 45 kilometer dari Pasarwajo, ibu kota Kabupaten Buton, Senin.
Menurut La Mpute, aktivitas para nelayan menangkap ikan dengan menggunakan bahan peledak berhenti, setelah Pulau Kadatua yang terdiri dari 10 desa, mekar dari Kecamatan Batauga menjadi wilayah kecamatan tahun 2003.
Sebelumnya, kata dia, Pulau Kadatua yang berpenduduk sekitar 11.000 jiwa itu, para nelayan setempat sering menggunakan bahan peledak, namun dengan upaya sosialisasi mengenai cara menangkap ikan yang ramah lingkungan, sehingga aktivitas ilegal itu terhenti.
"Sejak wilayah Kadatua menjadi kecamatan, umumnya nelayan menangkap ikan dengan menggunakan redi (alat tangkap ikan berupa jaring-red)), sehingga tidak lagi menimbulkan kerusakan terumbu karang," katanya.
Penggunaan alat tangkap ikan berupa redi tersebut, menurut La Mpute, telah meningkatkan kesejateraan nelayan setempat yang cukup signifikan.
Sebelumnya, pendapatan nelayan sekali melaut (minimal 45 hari), hanya memperoleh hasil Rp1.000.000 hingga Rp2.000.000, tetapi dengan menggunakan alat redi meningkat menjadi Rp2.000.000 hingga Rp3.000.000.
Waktu melaut pun, kata dia, menjadi berkurang, dari minimal 45 hari menjadi sisa 14 sampai 16 hari.
"Perubahan pola pemanfaatan teknologi tangkap dengan alat redi ini telah berdampak signifikan terhadap cara kerja dan kesejahteraan hidup nelayan Kadatua," katanya.
La Mpute mengatakan, seiring dengan membaiknya kondisi terumbu karang di wilayah pesisir Pulau Kadatua itu, Pemerintah Kabupaten Buton sudah menetapkan wilayah tersebut menjadi kawasan wisata andalan bersama dua pulai kecil di tetangganya, yakni Pulau Liwu Tongkidi dan Pulau Siompu.
Menurut La Mpute, keindahan alam bawah laut di tiga gugusan pulau kecil itu, tidak kalah menarik jika dibanding alam bawah laut di Wakatobi atau Bunaken di Sulawesi Utara.
"Hasil penelitian dari Dinas Perikanan dan Kelautan Buton bekerja sama dengan IPB bahwa terumbu karang di tiga gugusan pulau kecil ini, sangat unik dan beragam," katanya.
(ANT227/L004)
Sumber: http://www.antaranews.com/
< / span >
reff : http://perikanannews.blogspot.com/2010/09/terumbu-karang-di-pulau-kadatua-mulai.html
Senin, 13 September 2010 22:36 WIB | Warta Bumi | Konservasi/Pelestarian | Dibaca 714 kali
Pasarwajo (ANTARA News) - Kondisi terumbu karang di wilayah pesisir Pulau Kadatua, Kabupaten Buton, Sulawesi Tenggara (Sultra) yang mengalami kerusakan akibat penangkapan ikan dengan menggunakan bahan peledak, kini mulai pulih.
"Sejak aktivitas para nelayan menangkap ikan tidak lagi menggunakan bahan peledak, kondisi terumbu karang di sepanjang pesisir Pulau Kdatua, sudah membaik," kata Camat Kadatua, La Mpute di Kadatua, sekitar 45 kilometer dari Pasarwajo, ibu kota Kabupaten Buton, Senin.
Menurut La Mpute, aktivitas para nelayan menangkap ikan dengan menggunakan bahan peledak berhenti, setelah Pulau Kadatua yang terdiri dari 10 desa, mekar dari Kecamatan Batauga menjadi wilayah kecamatan tahun 2003.
Sebelumnya, kata dia, Pulau Kadatua yang berpenduduk sekitar 11.000 jiwa itu, para nelayan setempat sering menggunakan bahan peledak, namun dengan upaya sosialisasi mengenai cara menangkap ikan yang ramah lingkungan, sehingga aktivitas ilegal itu terhenti.
"Sejak wilayah Kadatua menjadi kecamatan, umumnya nelayan menangkap ikan dengan menggunakan redi (alat tangkap ikan berupa jaring-red)), sehingga tidak lagi menimbulkan kerusakan terumbu karang," katanya.
Penggunaan alat tangkap ikan berupa redi tersebut, menurut La Mpute, telah meningkatkan kesejateraan nelayan setempat yang cukup signifikan.
Sebelumnya, pendapatan nelayan sekali melaut (minimal 45 hari), hanya memperoleh hasil Rp1.000.000 hingga Rp2.000.000, tetapi dengan menggunakan alat redi meningkat menjadi Rp2.000.000 hingga Rp3.000.000.
Waktu melaut pun, kata dia, menjadi berkurang, dari minimal 45 hari menjadi sisa 14 sampai 16 hari.
"Perubahan pola pemanfaatan teknologi tangkap dengan alat redi ini telah berdampak signifikan terhadap cara kerja dan kesejahteraan hidup nelayan Kadatua," katanya.
La Mpute mengatakan, seiring dengan membaiknya kondisi terumbu karang di wilayah pesisir Pulau Kadatua itu, Pemerintah Kabupaten Buton sudah menetapkan wilayah tersebut menjadi kawasan wisata andalan bersama dua pulai kecil di tetangganya, yakni Pulau Liwu Tongkidi dan Pulau Siompu.
Menurut La Mpute, keindahan alam bawah laut di tiga gugusan pulau kecil itu, tidak kalah menarik jika dibanding alam bawah laut di Wakatobi atau Bunaken di Sulawesi Utara.
"Hasil penelitian dari Dinas Perikanan dan Kelautan Buton bekerja sama dengan IPB bahwa terumbu karang di tiga gugusan pulau kecil ini, sangat unik dan beragam," katanya.
(ANT227/L004)
Sumber: http://www.antaranews.com/
< / span >
reff : http://perikanannews.blogspot.com/2010/09/terumbu-karang-di-pulau-kadatua-mulai.html
EmoticonEmoticon