Oleh M Sigit Cahyono Pengamat Kelautan dari Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi
TRIBUN TIMUR/ANDRE
Selasa, 20 Juli 2010 | 02:03 WITA
Kondisi lebih mengenaskan lagi dialami oleh warga pulau kecil terutama di musim hujan dan badai seperti sekarang ini. Secara otomatis,
kehidupan mereka terisolir dari lingkungan sekitarnya. Selama beberapa hari mereka harus makan apa saja yang ada, tentunya jauh dari kata sehat
Indonesia merupakan negara kepulauan yang tersusun oleh ribuan gugusan pulau-pulau besar dan kecil, baik yang dihuni oleh manusia maupun tidak dihuni. Mereka mempunyai karakteristik sendiri-sendiri.
Beberapa di antara pulau tersebut kaya akan sumber daya alam dan berhasil dieksploitasi secara besar-besaran oleh masyarakatnya, terutama pulau-pulau besar seperti Kalimantan, Sumatera, Papua, dan Jawa.
Akan tetapi, bagaimana dengan nasib pulau-pulau kecil, yang jumlahnya mencapai ribuan? Bagaimana kehidupan masyarakatnya, sejahterahkah? Sebuah pertanyaan yang tidak mudah untuk dicari jawabannya!
Pulau kecil adalah pulau yang luasnya kurang dari atau sama dengan 10 ribu km2 dengan jumlah penduduk kurang dari atau sama dengan 20 ribu orang (Kepmen Kelautan dan perikanan No 41 tahun 2000 Jo Kepmen No.67 tahun 2002). Secara ekologis, pulau kecil terpisah dari pulau induknya, memiliki batas fisik yang jelas, dan terpencil dari habitat pulau induk sehingga bersifat insular.
Pulau kecil mempunyai sejumlah besar jenis endemik dan keanekaragaman yang tipikal dan bernilai tinggi. Daerah tangkapan air (catchment area) relatif kecil sehingga sebagian besar aliran air permukaan dan sedimen masuk ke laut.
Berdasarkan Perpres No 78 thun 2005, ada ribuan pulau yang dikategorikan kecil, 92 pulau diantaranya sebagai pulau-pulau terluar dimana 67 pulau tersebut langsung berbatasan dengan negara-negara tetangga, seperti Malaysia, Thailand, Vietnam, PNG, Australia, Palau, Filipina, Timor Leste, dan India.
Kehidupan Masyarakat
Secara umum, masyarakat pulau-pulau kecil memiliki persoalan tersendiri dan unik sesuai dengan konteks sosio-kultur dan religinya. Namun, ada kesamaan dari semua itu, yakni mereka menyandang label kemiskinan.
Menurut Direktorat Pemberdayaan Masyarakat Pesisir Departemen Kelautan dan Perikanan (2006), karakteristik kemiskinan yang melanda penduduk di pulau-pulau kecil di Indonesia pada umumnya ditandai oleh hubungan patron-klien (majikan-anak buah), kurang mendapatkan dukungan politik dan jauh dari akses pengambilan keputusan, budaya subsisten, terbatasnya akses modal, ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK), telekomunikasi, pasar dan sumber daya alam.
Pada umumnya mata pencaharian penduduk di pulau-pulau kecil adalah sebagai nelayan. Mereka mengoperasikan perahu menggunakan mesin diesel dengan BBM berupa solar. Dengan peningkatan harga solar, otomatis akan menyulitkan dan mengurangi pendapatan mereka. Hal ini semakin memberatkan kehidupan mereka.
Satu hal lagi yang mengancam kehidupan di pulau-pulau kecil, adalah peristiwa Global Warming yang telah mencairkan sebagian besar es di kutub utara dan selatan bumi. Hal ini menyebabkan kenaikan permukaan air laut yang akan berdampak pada berkurangnya luas daratan pulau karena terendam oleh air. Bahkan yang lebih ekstrem, beberapa pulau sudah lenyap ditelan air laut.
Hal ini secara otomatis akan mengganggu kehidupan di pulau-pulau tersebut yang menyebabkan beberapa warganya memilih mengungsi keluar dari daerah tersebut menuju daerah yang lebih aman.
Kondisi lebih mengenaskan lagi dialami oleh warga pulau kecil terutama di musim hujan dan badai seperti sekarang ini. Secara otomatis, kehidupan mereka terisolir dari lingkungan sekitarnya. Selama beberapa hari mereka harus makan apa saja yang ada, tentunya jauh dari kata sehat. Bahkan, kehidupan sehari-hari seperti menuntut pendidikan dan kesehatan juga terbengkalai. Hal ini jelas memperparah kemiskinan di daerah tersebut.
Contoh nyata kemiskinan di pulau kecil ditunjukkan oleh Pulau Tunda di Serang, Provinsi Banten. Pada tahun 2003, sejumlah warga disana terserang kelaparan. Bahkan, sehari-hari ada yang hanya makan nsai dengan lauk garam, itupun hanya makan sehari sekali.
Berita kelaparan ini bahkan terdengar hingga ke kantor pusat PBB di New York. Berdasarkan hasil temuan Fact Finding Mission (gabungan beberapa LSM/NGO yang difasilitasi oleh PAN Indonesia dan OXFAM-GB), kelaparan penduduk Tunda disebabkan oleh jatah raskin yang tidak sampai ke tangan warga, terjadinya angin barat yang berarti paceklik ikan, tidak adanya stok pangan dan kemiskinan yang mengenaskan.
Itu merupakan salah satu contoh kehidupan di pulau kecil, yang dekat dengan pusat peradaban Indonesia, dalam hal ini ibukota Jakarta. Terus, bagaimana nasib pulau-pulau kecil yang benar-benar terpencil seperti Miangas di perbatasan Sulawesi-Filipina dan Aru di perbatasan Papua-Australia? Jelas lebih mengenaskan.
Kalau tidak diperhatikan, bisa-bisa mereka memilih melepaskan diri dari bangsa ini dan bergabung dengan negara tetangga yang lebih menjanjikan bagi mereka. Oleh karena itu, perhatian besar dari pemerintah termasuk kita sebagai warga negara harus ditunjukkan untuk keberlanjutan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Dilakukan Perbaikan
Oleh karena itu, untuk mengatasi kemiskinan di pulau-pulau kecil dan terutama untuk menjaga keutuhan NKRI, pemerintah telah mengupayakan banyak cara. Misalnya, memenuhi kebutuhan hidup mereka sehari-hari seperti bahan pokok dan bahan pendukung seperti bahan bakar untuk kapal mereka.
Sebagai contoh, permintaan agar diberi pelayanan khusus seperti pengadaan Stasiun Pengisian Bahan Bakar Diesel Nelayan (SPDN) yang berdekatan dengan operasi nelayan sudah dipenuhi.
Program ini sudah mulai dirintis sejak 2003 melalui kerjasama DKP (Ditjen Kelautan, Pesisir, dan Pulau-pulau kecil & Ditjen Perikanan tangkap), Pertamina dan DPP Himpunan Nelayan seluruh Indonesia (HNSI).
Realisasi pembangunan SPDN sampai saat ini mencapat 112 unit. Direncanakan melalui program Pemberdayaan ekonomi Masyarakat pesisir (PEMP) tahun 2005 direalisasikan 45 unit SPDN dan pada tahun 2006 sebanyak 53 unit SPDN.
Pelayanan pemerintah juga dilakukan dalam sektor perekonomian, perdagangan, pengembangan sistem budidaya, peningkatan kapasitas SDM, pengadaan infrastruktur/sarana umum, perlindungan nelayan, pelestarian pesisir pantai, dan perlindungan pulau-pulau kecil. Tujuannya semua untuk meciptakan rumah tangga nelayan yang sejahtera.
Dengan semua program tersebut, diharapkan kehidupan masyarakat di pulau kecil dapat terangkat. Sehingga tidak ada lagi yang namanya daerah terisolir dan terpencil di tanah air Indonesia. Semoga!
Sumber: http://www.tribun-timur.com/
reff : http://perikanannews.blogspot.com/2010/08/ironi-kehidupan-pulau-kecil-di.html
TRIBUN TIMUR/ANDRE
Selasa, 20 Juli 2010 | 02:03 WITA
Kondisi lebih mengenaskan lagi dialami oleh warga pulau kecil terutama di musim hujan dan badai seperti sekarang ini. Secara otomatis,
kehidupan mereka terisolir dari lingkungan sekitarnya. Selama beberapa hari mereka harus makan apa saja yang ada, tentunya jauh dari kata sehat
Indonesia merupakan negara kepulauan yang tersusun oleh ribuan gugusan pulau-pulau besar dan kecil, baik yang dihuni oleh manusia maupun tidak dihuni. Mereka mempunyai karakteristik sendiri-sendiri.
Beberapa di antara pulau tersebut kaya akan sumber daya alam dan berhasil dieksploitasi secara besar-besaran oleh masyarakatnya, terutama pulau-pulau besar seperti Kalimantan, Sumatera, Papua, dan Jawa.
Akan tetapi, bagaimana dengan nasib pulau-pulau kecil, yang jumlahnya mencapai ribuan? Bagaimana kehidupan masyarakatnya, sejahterahkah? Sebuah pertanyaan yang tidak mudah untuk dicari jawabannya!
Pulau kecil adalah pulau yang luasnya kurang dari atau sama dengan 10 ribu km2 dengan jumlah penduduk kurang dari atau sama dengan 20 ribu orang (Kepmen Kelautan dan perikanan No 41 tahun 2000 Jo Kepmen No.67 tahun 2002). Secara ekologis, pulau kecil terpisah dari pulau induknya, memiliki batas fisik yang jelas, dan terpencil dari habitat pulau induk sehingga bersifat insular.
Pulau kecil mempunyai sejumlah besar jenis endemik dan keanekaragaman yang tipikal dan bernilai tinggi. Daerah tangkapan air (catchment area) relatif kecil sehingga sebagian besar aliran air permukaan dan sedimen masuk ke laut.
Berdasarkan Perpres No 78 thun 2005, ada ribuan pulau yang dikategorikan kecil, 92 pulau diantaranya sebagai pulau-pulau terluar dimana 67 pulau tersebut langsung berbatasan dengan negara-negara tetangga, seperti Malaysia, Thailand, Vietnam, PNG, Australia, Palau, Filipina, Timor Leste, dan India.
Kehidupan Masyarakat
Secara umum, masyarakat pulau-pulau kecil memiliki persoalan tersendiri dan unik sesuai dengan konteks sosio-kultur dan religinya. Namun, ada kesamaan dari semua itu, yakni mereka menyandang label kemiskinan.
Menurut Direktorat Pemberdayaan Masyarakat Pesisir Departemen Kelautan dan Perikanan (2006), karakteristik kemiskinan yang melanda penduduk di pulau-pulau kecil di Indonesia pada umumnya ditandai oleh hubungan patron-klien (majikan-anak buah), kurang mendapatkan dukungan politik dan jauh dari akses pengambilan keputusan, budaya subsisten, terbatasnya akses modal, ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK), telekomunikasi, pasar dan sumber daya alam.
Pada umumnya mata pencaharian penduduk di pulau-pulau kecil adalah sebagai nelayan. Mereka mengoperasikan perahu menggunakan mesin diesel dengan BBM berupa solar. Dengan peningkatan harga solar, otomatis akan menyulitkan dan mengurangi pendapatan mereka. Hal ini semakin memberatkan kehidupan mereka.
Satu hal lagi yang mengancam kehidupan di pulau-pulau kecil, adalah peristiwa Global Warming yang telah mencairkan sebagian besar es di kutub utara dan selatan bumi. Hal ini menyebabkan kenaikan permukaan air laut yang akan berdampak pada berkurangnya luas daratan pulau karena terendam oleh air. Bahkan yang lebih ekstrem, beberapa pulau sudah lenyap ditelan air laut.
Hal ini secara otomatis akan mengganggu kehidupan di pulau-pulau tersebut yang menyebabkan beberapa warganya memilih mengungsi keluar dari daerah tersebut menuju daerah yang lebih aman.
Kondisi lebih mengenaskan lagi dialami oleh warga pulau kecil terutama di musim hujan dan badai seperti sekarang ini. Secara otomatis, kehidupan mereka terisolir dari lingkungan sekitarnya. Selama beberapa hari mereka harus makan apa saja yang ada, tentunya jauh dari kata sehat. Bahkan, kehidupan sehari-hari seperti menuntut pendidikan dan kesehatan juga terbengkalai. Hal ini jelas memperparah kemiskinan di daerah tersebut.
Contoh nyata kemiskinan di pulau kecil ditunjukkan oleh Pulau Tunda di Serang, Provinsi Banten. Pada tahun 2003, sejumlah warga disana terserang kelaparan. Bahkan, sehari-hari ada yang hanya makan nsai dengan lauk garam, itupun hanya makan sehari sekali.
Berita kelaparan ini bahkan terdengar hingga ke kantor pusat PBB di New York. Berdasarkan hasil temuan Fact Finding Mission (gabungan beberapa LSM/NGO yang difasilitasi oleh PAN Indonesia dan OXFAM-GB), kelaparan penduduk Tunda disebabkan oleh jatah raskin yang tidak sampai ke tangan warga, terjadinya angin barat yang berarti paceklik ikan, tidak adanya stok pangan dan kemiskinan yang mengenaskan.
Itu merupakan salah satu contoh kehidupan di pulau kecil, yang dekat dengan pusat peradaban Indonesia, dalam hal ini ibukota Jakarta. Terus, bagaimana nasib pulau-pulau kecil yang benar-benar terpencil seperti Miangas di perbatasan Sulawesi-Filipina dan Aru di perbatasan Papua-Australia? Jelas lebih mengenaskan.
Kalau tidak diperhatikan, bisa-bisa mereka memilih melepaskan diri dari bangsa ini dan bergabung dengan negara tetangga yang lebih menjanjikan bagi mereka. Oleh karena itu, perhatian besar dari pemerintah termasuk kita sebagai warga negara harus ditunjukkan untuk keberlanjutan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Dilakukan Perbaikan
Oleh karena itu, untuk mengatasi kemiskinan di pulau-pulau kecil dan terutama untuk menjaga keutuhan NKRI, pemerintah telah mengupayakan banyak cara. Misalnya, memenuhi kebutuhan hidup mereka sehari-hari seperti bahan pokok dan bahan pendukung seperti bahan bakar untuk kapal mereka.
Sebagai contoh, permintaan agar diberi pelayanan khusus seperti pengadaan Stasiun Pengisian Bahan Bakar Diesel Nelayan (SPDN) yang berdekatan dengan operasi nelayan sudah dipenuhi.
Program ini sudah mulai dirintis sejak 2003 melalui kerjasama DKP (Ditjen Kelautan, Pesisir, dan Pulau-pulau kecil & Ditjen Perikanan tangkap), Pertamina dan DPP Himpunan Nelayan seluruh Indonesia (HNSI).
Realisasi pembangunan SPDN sampai saat ini mencapat 112 unit. Direncanakan melalui program Pemberdayaan ekonomi Masyarakat pesisir (PEMP) tahun 2005 direalisasikan 45 unit SPDN dan pada tahun 2006 sebanyak 53 unit SPDN.
Pelayanan pemerintah juga dilakukan dalam sektor perekonomian, perdagangan, pengembangan sistem budidaya, peningkatan kapasitas SDM, pengadaan infrastruktur/sarana umum, perlindungan nelayan, pelestarian pesisir pantai, dan perlindungan pulau-pulau kecil. Tujuannya semua untuk meciptakan rumah tangga nelayan yang sejahtera.
Dengan semua program tersebut, diharapkan kehidupan masyarakat di pulau kecil dapat terangkat. Sehingga tidak ada lagi yang namanya daerah terisolir dan terpencil di tanah air Indonesia. Semoga!
Sumber: http://www.tribun-timur.com/
reff : http://perikanannews.blogspot.com/2010/08/ironi-kehidupan-pulau-kecil-di.html
EmoticonEmoticon