Eksis di Dunia Perikanan Sebagai Birokrat hingga ke Business man Abdul Rachman :

Setiap orang di dunia ini mendambakan kesuksesan di bidang yang diminatinya.
Masing-masing orang berbeda persepsi mengenai kesuksesan ini. Ada yang menilai kesuksesan dari segi bisnis, kepintaran, karir, jabatan dan sebagainya. Abdul Rachman bekerja keras sehingga membuatnya harus menapaki jabatan demi jabatan dari birokrat hingga menjadi business man perusahaan perikanan untuk meraih kesuksesan.
Abdul Rachman lahir di Pekalongan, Jawa Tengah, 47 tahun yang lalu. Anak kedua dari 9 bersaudara ini selepas lulus SMA pada tahun 1982 berkeinginan untuk melanjutkan pendidikan ke bangku kuliah tanpa merepotkan orang tua. Pada waku itu ia membaca iklan di surat kabar mengenai pendaftaran masuk Akademi Usaha Perikanan (AUP) yang sekarang namanya telah berganti menjadi Sekolah Tinggi Perikanan (STP).
Ia pun tertarik untuk turut serta. Meskipun tidak mengetahui seluk-beluk dunia perikanan, di benaknya yang penting biayanya ringan, pekerjaan akan mudah didapat dan niatnya baik.
?Awalnya saya masuk AUP bukan karena perikanannya, tapi karena itu sekolah kedinasan. Tapi setelah saya masuk, saya benar-benar langsung tertarik dengan perikanan. Kalau tidak tertarik tentunya saya sudah mengundurkan diri sejak awal,? ujarnya. Di AUP, Abdul kemudian memilih Program Studi Teknologi Pengolahan Hasil Perikanan.
Menurutnya, selain bidang perikanan, yang menarik dan berkesan dari AUP adalah pendidikan semi militernya. Hal itu sangat penting dan harus terus diterapkan, tambahnya. ?Yang saya alami dengan pendidikan seperti itu, jiwa korsa lebih melekat, kedisiplinan lebih tinggi, lebih seragam, lebih struggle, dan kita dididik untuk menghormati yang lebih atas, baik dari segi pangkat maupun umur,? kata Abdul.
Setelah lulus dalam menimba berbagai macam ilmu di AUP pada tahun 1985, Abdul kemudian masuk dan memulai karirnya sebagai Pegawai Negeri Sipil di Balai Bimbingan dan Pengujian Mutu Hasil Perikanan, sebuah Unit Pelaksana Teknis (UPT) Direktorat Jenderal (Ditjen) Perikanan, Departemen Pertanian (Deptan), di Muara Baru Jakarta Utara. Di sana ia menjabat sebagai perekayasa di bidang pengembangan teknologi pengolahan hasil perikanan.
Pada tahun 1994, Abdul Rahman yang juga biasa dipanggil dengan Aab dipindahtugaskan ke Ragunan, Jakarta Selatan, di Sub Direktorat (Subdit) Mutu dan Pengolahan Hasil, Direktorat Bina Usaha Tani, di Ditjen yang sama. Di sana ia menjabat sebagai pengawas mutu. Pada tahun 1999, ia kemudian ditempatkan di Subdit Perijinan Usaha di Direktorat yang sama.
Pada tahun 2001, saat Ditjen Perikanan pecah menjadi Ditjen Perikanan Tangkap (DJPT) dan Ditjen Perikanan Budidaya (DJPB), Aab mendapat promosi sebagai Kepala Sub Bagian Program dan Anggaran di DJPT. Saat itu Departemen Kelautan dan Perikanan (sekarang Kementerian Kelautan dan Perikanan) telah berdiri selama dua tahun menggantikan Ditjen Perikanan, Deptan.
Pada tahun 2003, Aab mendapat promosi sebagai Kepala Subdit Pembinaan Investasi, Direktorat Sistem Permodalan dan Investasi (SPI), Ditjen Peningkatan Kapasitas Kelembagaan dan Pemasaran (PK2P).
Pada April 2005, Aab dipercaya menjadi Kepala Bagian Program di Direktorat SPI, PK2P. Pada bulan Agustus tahun yang sama, PK2P berubah nama menjadi Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan (P2HP).
Karena prestasinya terus meningkat, pada Juli 2007, ia diperbantukan di PT. Perikanan Nusantara (Persero) sebagai direktur produksi melalui seleksi fit and proper test. ?Dari dulu saya bekerja nggak pernah minta dipindahkan. Saya di PT. Perikanan Nusantara dinominasikan dari DKP. Pada saat itu saya melakukan fit and proper test dan termasuk yang dipilih,? ujarnya.
PT. Perikanan Nusantara adalah sebuah Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang merupakan hasil merger dari empat perusahaan BUMN, yaitu PT. Usaha Mina (Persero), PT. Samudera Besar (Persero), PT. Perikani (Persero) dan PT. Tirta Raya Mina (Persero) yang dilakukan pada tahun 2005. Keempat perusahaan itu berada dalam kondisi yang tidak baik. Bahkan, dari empat perusahaan tersebut, pada saat itu hanya satu yang beroperasi yaitu PT. Samudera Besar.
?Pada saat itu, pemerintah hanya menunjuk care taker direksi dan care taker komisaris untuk mengurus perusahaan ini, sampai pada tahun 2007, dibentuklah manajemen yang definitif, akhirnya saya dan dua orang direktur lain beserta komisaris menjadi definitif mulai tahun 2007 itu,? jelas Aab.
Pada saat merger, PT. Perikanan Nusantara mempunyai 13 cabang di seluruh Indonesia, yaitu Sabang, Padang, Jakarta, Tegal, Pekalongan, Surabaya, Benoa (Bali), Makasar, Gorontalo, Bitung, Bacan (Maluku Utara), Ambon dan Sorong. Dari jumlah tersebut, hanya tiga yang beroperasi di bawah PT. Samudera Besar, yaitu Surabaya, Benoa dan Makasar. Menurut Aab, terdapat banyak faktor penyebab ?mati?-nya 10 perusahaan itu, antara lain karena kesalahan manajemen dan kondisi bisnis yang tidak menguntungkan. Namun setelah Abdul masuk, perusahaan ini mengalami kemajuan yang pesat. Terbukti, sepuluh dari 13 cabang itu kini telah beroperasi kembali. Bidang usahanya antara lain meliputi penangkapan ikan, pengolahan ikan, pembudidayaan ikan, pabrik es, jasa pengolahan ikan, jasa penyewaan cool storage dan jasa penyewaan sarana lainnya dengan pemasaran di dalam dan luar negeri.
Tiga cabang tersebut yang saat ini tidak beroperasi adalah Sabang, Gorontalo dan Bacan. Menurut Abdul, pihaknya sedang berusaha keras untuk menghidupkan kembali cabang di Gorontalo karena mempunyai prospek bisnis yang baik dibanding dua cabang lainnya. ?Saat ini sedang dalam proses kita minta kepada pihak PLN untuk menyambungkan kembali listrik yang sudah putus,? ujarnya.
Saat ditanya mengenai kiat-kiat yang perlu diterapkan agar menjadi sukses seperti dirinya, ia menjawab, ?Saya mengikuti ESQ (Emotional Spiritual Quotient-red), yaitu kerja ikhlas, kerja keras dan kerja cerdas.? Menurutnya, kerja ikhlas didasarkan kepada ibadah, sehingga yang akan didapat tidak hanya materi di dunia tetapi juga pahala untuk kehidupan akhirat. Kerja keras adalah kerja dengan sebaik-baiknya dan semaksimal mungkin. Adapun kerja cerdas adalah bagaimana caranya mengorganisasikan pekerjaan secara baik dan mengefisienkan waktu kerja agar hasil yang dicapai maksimal. ?Jangan jadi STM, Sibuk Tak Menentu, sibuknya minta ampun tapi hasilnya kurang. Itu karena kurang bisa mengefektifkan waktu, biaya dan pikiran,? jelasnya.
Meskipun dirinya sibuk di perusahaan, namun ia tidak pernah lupa kepada STP. Di sela-sela kesibukannya, ia mengabdikan diri menjadi dosen STP, mengajar untuk mata kuliah manajemen produksi. Ia juga menjadi ketua alumni angkatan 18 STP dan wakil Sekjen di Corps Alumni (Coral) AUP/STP. Karenanya, hubungannya dengan para alumni terjalin dengan baik. ?Kita selalu kontak dengan alumni dan sekali-kali diadakan kumpul bareng,? ujarnya. Menurutnya, alumni STP, Akademi Perikanan dan Sekolah Usaha Perikanan Menengah banyak yang bekerja di PT. Perikanan Nusantara.
Mengenai sarana dan prasarana di STP, Aab mengatakan sudah sangat baik, terutama bidang penangkapan ikan. Kapal latih Madidihang 03 pun yang didatangkan dari Spanyol dinilainya sangat bagus dan canggih. Ia berharap, ?Seperti tampilan fisiknya yang sangat bagus, mudah-mudahan unjuk kerjanya pun baik juga.?
Terakhir, ia mempunyai pesan-pesan untuk para taruna STP agar belajar dan bekerja lebih ulet lagi. ?Kerjaan kalau ditekuni bisa berkembang. Tapi kalau ada tawaran pindah yang menggiurkan, anak-anak sekarang mudah untuk pindah dan mulai lagi mengulang dari awal. Jaman saya, kalau ditempatkan di Irian atau di mana saja ya berangkat, tidak gampang pindah,? ujarnya.
Sumber: http://www.bpsdmkp.dkp.go.id/


reff : http://perikanannews.blogspot.com/2010/08/eksis-di-dunia-perikanan-sebagai.html


Related video : Eksis di Dunia Perikanan Sebagai Birokrat hingga ke Business man Abdul Rachman :


Previous
Next Post »